Perubahan Itu Nyata
Akhirnya
aku kembali kerumah setelah bertahun-tahun menimba ilmu di kota pelajar. Aku
benar-benar merindukan keluargaku. Mereka adalah surga kecil yang ku punya dan
selalu menjadi tempat untukku pulang. Sayang, waktu telah berlalu dan merubah
segalanya. Sepertinya aku lupa bahwa bumi terus bergerak dan orang-orang yang
hidup di dalamnya juga ikut berubah, begitu juga keluargaku.
Setiap
hari, ayah dan saudara-saudaraku sibuk dengan urusannya masing-masing. Saat
pulang pun mereka tetap sibuk. Jika kau bertanya, benda apa yang paling penting
buat mereka, mereka hanya akan menjawab satu hal saja “handphone”. Ibuku lain
lagi. Tiap hari, mondar-mandir kesana kemari. Tak jarang ia tiba-tiba marah,
tertawa, bahkan menangis sekalipun. Aku shock melihat mood ibuku yang up down
seperti Roaller Coaster. Setiap kali aku
menyapanya, “ Ibu…..” Dia langsung memotong perkataanku, “ Tidak sekarang, sayang.
Ibu ada urusan. Okay!”. Jawaban yang sama lagi.
Apa
yang membuat mereka berubah? Usia, waktu, atau apa? Dalam sekejap, aku menjadi
orang asing. Aku menjadi tamu di rumahku sendiri. Semua orang telah membuat
dunianya sendiri, dengan batas yang mereka sebut privasi. Kupikir aku harus
melakukan satu hal, berubah. Aku harus terbiasa dengan semua perubahan ini. Aku
akan belajar satu demi satu, cara untuk memahami dan mengerti mereka.